JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tak perduli terhadap berbagai hujatan yang ditujukan kepadanya atas bebagai kebijakan yang dilakukan.

Pria yang akrab disapa Ahok tersebut sadar bila kebijakannya seperti melakukan reorganisasi jabatan eselon di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pelarangan sepeda motor melintas di Jalan MH Thamrin dan Medan Merdeka Barat akan menimbulkan ketidaksenangan dari berbagai pihak.

Tidak terkecuali banyaknya spanduk yang menolak dirinya menjadi gubernur karena dianggap bermulut besar.

"Saya bilang sama Satpol PP jangan dilepas spanduk itu, bagus itu. Saya mau membuktikan saya ini bukan bacot (ngomong saja), saya punya pulpen 'sakti' yang bisa menstafkan pejabat DKI," kata Ahok dalam sambutannya pada acara peluncuran Smart City, di Balai Kota, Senin (15/12/2014).

Ia akan membuktikan seluruh ucapannya. Pria yang pernah duduk di Komisi II DPR RI ini tidak mau disebut sebagai gubernur payah. Dikatakannya lebih baik mati untuk mewujudkan Jakarta Baru. Dengan seperti itu ia akan dikenang masyarakat karena prestasi dan perjuangannya.

"Saya lebih baik dikirim pulang ke Belitung sudah berbentuk mayat dari pada saya pensiun tua dan dipanggil gubernur payah yang nggak bisa apa-apa, cuma ngomong doang," ungkapnya. (Baca juga: Ahok akan Cetak Kaos "Saya Bangga Jadi Kafir Yang Penting Tidak Korupsi")

Ditegaskan dia, dirinya akan menstafkan pejabat, lurah, dan camat bila dianggap tidak bisa melayani warga serta bekerja optimal.

"Saya sudah nekat. Saya sengaja ngomong seperti ini, karena saya sudah kenyang dikerjain, di sini saya kurang tiga tahun lagi. Tidak ada toleransi bagi PNS yang masih bandel, tidak ada toleransi, pejabat berhenti saja dan jadi pengusaha," ujarnya. [tribun/SN]

0 komentar Facebook Blogger 0

Posting Komentar

 
Setia News © 2014. All Rights Reserved.
Top